Selasa, 12 Desember 2017

Rangkong Gading (Rhinoplax vigil)


Oleh: Sumayyah (1406569560)


Rhinoplax vigil atau rangkong gading, merupakan burung dengan ukuran tubuh yang besar, sekitar 110 – 120 cm,dan bulu ekornya yang panjangnya bisa melebihi panjang tubuhnya sendiri. Burung ini merupakan burung rangkong terbesar di Asia. Rangkong gading memiliki struktur keras seperti pelindung kepala di atas paruhnya, yang biasa disebut dengan balung. Balung pada rangkong gading berwarna merah dan kekuningan di bagian depannya. Tidak seperti burung rangkong lainnya, balung yang dimiliki rangkong gading tersusun dari keratin padat menyerupai gading, sehingga burung tersebut dinamakan rangkong gading.

Klasifikasi Rangkong Gading
Kingdom              : Animalia
Filum                     : Chordata
Class                      : Aves
Ordo                      : Coraciiformes
Famili                    : Bucerotidae
Genus                   : Rhinoplax
Species                 : Rhinoplax vigil

Persebaran rangkong gading meliputi wilayah Semenanjung Melayu, Pulau Sumatra, dan Pulau Kalimantan. Rangkong gading hidup di hutan-hutan tropis dataran rendah, dengan ketinggian mencapai 1.500 m. Burung ini bersarang di lubang-lubang pohon yang yang tinggi dan terbentuk secara alami.




Gambar 1. Rangkong gading jantan yang sedang membawa serangga besar sebagai makanan.
[Sumber: http://www.arkive.org/helmeted-hornbill/rhinoplax-vigil/]


Rangkong gading memiliki dimorfisme seksual antara jantan dan betinanya. Seksual dimorfisme merupakan suatu kondisi perbedaan morfologi antara jantan dan betina pada spesies yang sama. Pada rangkong gading, ukuran tubuh jantan umumnya lebih besar daripada betina. Kulit di bagian leher pada jantan berwarna merah tua, sedangkan kulit di bagian leher betina berwarna biru pucat. Balung yang keras pada jantan digunakan untuk saling beradu dengan jantan lainnya (aerial casque-butting), untuk memperebutkan makanan yang terdapat di pohon fikus.

Suara burung yang umumnya kita dengar, berupa siulan yang berulang-ulang, tetapi sebenarnya ada banyak macam variasi suara burung, seperti call dan songCall terdiri dari vokalisasi yang pendek dan sederhana, yang dilakukan oleh jantan dan betina. Call digunakan untuk berinteraksi satu sama lain, seperti memberi tanda adanya bahaya dan memberitahu adanya sumber makanan. Sementara song merupakan vokalisasi yang biasanya panjang, keras dan berulang, serta digunakan sebagai isyarat teritori jantan. Betina biasanya memilih jantan dari kemampuan mereka menghasilkan song. Untuk mengetahui perbedaan antara call dan song, kita dapat mengunjungi website yang menyediakan suara rekaman burung. Contohnya website xeno-canto (www.xeno-canto.org), yang merupakan situs yang digunakan untuk berbagi rekaman suara burung dari seluruh dunia. Pada rangkong gading, suara call terdengar seperti suara tiupan berulang pendek yang diakhiri dengan suara seperti orang tertawa. Sayangnya, karena rangkong gading termasuk hewan yang dilindungi menurut IUCN (termasuk dalam kategori critically endangered/CR), rekaman suara rangkong gading di website tersebut tidak diperdengarkan secara online.

Sejak tahun 2015, status konservasi rangkong gading naik dari near threatened menjadi critically endangered. Hal tersebut menunjukkan populasi rangkong gading cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penurunan populasi rangkong gading disebabkan oleh hilangnya habitat rangkong gading, terutama di wilayah Pulau Sumatra. Selain kehilangan habitatnya, perburuan terhadap burung ini juga menjadi penyebab utama penurunan populasi rangkong gading. Balung rangkong gading yang kuat dan keras di atas paruhnya memilik harga yang tinggi di pasar gelap. Balung tersebut umumnya dipahat dan dijadikan dekorasi, atau digunakan sebagai bahan obat tradisional.

Sebagai bentuk upaya konservasi, rangkong gading telah dimasukkanke dalam daftar Appendix I CITES, yang berarti perdagangan burung ini tidak diperbolehkan. Rangkong gading juga telah dimasukkan ke dalam daftar jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999. Upaya konservasi dalam bentuk pembuatan dan penegakan hukum telah dilakukan sampai saat ini. Selain kedua hal tersebut, pemantauan terhadap kegiatan perburuan burung ilegal juga diperlukan untuk menjaga populasi burung tersebut.

Referensi:
BirdLife International. 2017. Rhinoplax vigil. The IUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T22682464A117225617. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-3.RLTS.T22682464A117225617.en., diakses 10 Desember 2017 pk. 07.40 WIB.
Collar, N.J. 2005. Helmeted hornbills Rhinoplax vigil and the ivory trade: the crisis that came out of nowhere. BirdingASIA, 24: 12—17.
Gill, F.B. 2007. Ornithology, 3rd edition. W.H Freeman and Company, New York: xxvi + 758 hlm.